Rjs.News. BLORA- Adem ayemnya kegiatan penambangan minyak ilegal di Blora kini korbankan seorang jurnalis di kota sate ini.
Usut demi usut kejadian penggerudukan seorang jurnalis tersebut terjadi di area parkir Gor Mustika Blora, Rabu (19/2/2025) pukul 11.00 WIB.
“Saya saat itu baru ngopi bersama R seorang wartawan, di lingkungan GOR MUSTIKA. Tiba-tiba ada telp masuk dengan nomor yang tidak dikenal di hp milik saya dengan mengatasnamakan Alfi dari Polda Jateng (+62 813-3951-6402). Dia menanyakan posisi saya saat ini dan dia ingin ketemu saya,” kata Hans, Sabtu (22/2/2025).
Kemudian, Hans menjawab bahwa, posisinya saat itu berada di salah satu warung kopi di Gor Mustika. Tidak selang lama kira-kira 10 menit, Alfi dan satu orang datang membawa mobil jenis Mitsubishi Pajero warna putih dengan Nopol hanya tertera satu angka.
“Kemudian mereka berdua turun dari mobil, terus menghampiri saya dengan menanyakan, anda bernama mas Hans. Saya jawab, hiya…betul. Ada apa ya ? Salah seorang tersebut (Alfi) mengatakan, anda yang menangkap truk modifikasi warna kuning yang didalamnya ada tangki isi minyak solar? Saya jawab, wartawan kok nangkap truk to mas-mas. Wartawan itu tugasnya bertanya dan menulis, bukan nangkap truk berisi solar. Kalau yang tangkap menangkap itu tugas kepolisian. Kemudian, saya tanyakan ke Alfi, anda dari mana, kok bertanya anda tidak sopan, bentak-bentak orang,” ungkap Hans.
“Salah seorang tadi yang menemui saya bernama Alfi menanyakan ke saya, menurut informasi anggotanya Hans dan Kari yang menjadi profokator terhadap Grib Jaya Blora atas penangkapan truk yg berisi solar itu? Saya jawab, wah mata-mata anda salah besar untuk kasih info seperti itu. Kemudian Alfi berkata, ini buktinya ada WA masuk yang menyatakan begitu. Saya jawab, itu salah besar, itu fitnah. Kemudian, saya tanya ke Alfi, anda dari mana, kok tanya tidak sopan, bentak bentak orang. Lalu Alfi menjawab, saya dari Polda, anda mau apa? Dan saya jawab, terserah mau anda apa? Kemudian Alfi terdiam dan akhirnya dia telp seseorang, saya tidak tau siapa yang di telp Alfi saat itu,” terang Hans.
Selang kurang lebih sekitar 25 menit, lanjutnya, datang rombongan puluhan sepeda motor yang saling berboncengan, mengenakan seragam biru-biru (werpak) dan satu mobil Agya warna putih dengan geber-geber layaknya kampanye.
“Alfi yang mengaku anggota Polda Jateng itu berteriak….. asu…dancok… iki lho wonge (ini lho orangnya). Lalu setelah Alfi berteriak seperti itu, saya yang berseragam komplit warna hitam, Media ISB digelandang dan ditarik paksa dengan menggenggam baju bagian leher dengan kuat, lalu saya terjatuh dari tempat duduk,” jelas Hans.
“Kemudian Ahmad Hanafi (Pipin) berteriak, Hans gelandang bawa masuk mobil Pajero putih, bawa di Plantungan, biar nanti APH yang menyelesaikan. Lalu, R salah satu wartawan yang berada di TKP, maju berniat untuk membantu saya, naas wartawan tersebut langkahnya terhenti karena dihadang beberapa orang yang berseragam biru tersebut. Selain itu, G seorang wartawan juga maju ke kerumunan, namun naas G juga dihadang oleh orang berseragam biru tersebut dan langkahnya terhenti juga,” tegasnya.
Lalu, lanjut dia, Hans ditarik dan dipithing dibagian leher dibawa ditengah area parkir Gor Mustika dari warung kopi yang Hans duduki.
“Lengan kanan saya juga terluka, sampai-sampai tulang bagian atas menonjol dan sampai sekarang kalau digerakkan terasa sakit. Saya sempat mutah-mutah. Untuk yang memukul, saya tidak tau orangnya, karena saat itu saya sendirian dan mereka terlalu banyak (-+ 50 orang),” terangnya.
Kemudian, saat itu ada anggota TNI dari Kodim Blora ada yang datang, untuk melerai kejadian itu. Setelah kondisi agak kondusif, Pipin ngajak Hans untuk duduk bernegosiasi.
Setelah duduk di kursi warung kosong, sebelah Masjid wilayah Gor, Pipin mengeluarkan sebuah keris dan JENGGLOT, untuk menyumpah Hans.
“Saksikan semua, kalau Hans bohong dan mengganggu Plantungan, maka akan kita bunuh bersama-sama….setuju. Jawab anggota Pipin yg berseragam biru tersebut, berteriak….setujuuuuu,” ucap Hans yang nenirukan perkataan Pipin saat itu.
“Kalau memang tidak terbukti, semua dari akibat ini, akan berbalik arah ke anda semua lho Pin,” kata Hans.
“Oke,” jawab Pipin yang ditirukan Hans saat wawancara.
Setelah itu, mereka membubarkan diri, keluar dari wilayah Gor Mustika dengan geber-geber motor yang mereka naiki.
Lanjutnya, sekira pukul 13.43 WIB, Hans menghubungi Kapolres Blora melalui WhatsApp, dengan tujuan untuk menghadap.
Sekira pukul 13.53 WIB Kapolres Blora menjawab WA Hans, dengan balasan, “Ya nggak apa-apa mas, silahkan ke kantor saya tunggu,”.
“Kemudian saya bersama ketua Grib Jaya Blora mbah To, Agus, tokoh Blora mas Cekrek, m Nurul, m Kari, Ketua ormas LMP Blora Hadi mendatangi Polres Blora. Kami disambut baik Kapolres Blora. Setelah sesampainya di lobi ruang kapolres, teman-teman disuruh menunggu di lobi Polres. Saya dan mbah To masuk di ruang Kapolres. Di dalam ruang Kapolres, sudah ada Kasatreskrim Selamet. Setelah itu, saya menceritakan kronologis kejadian kasus pengeroyokan tersebut. Kemudian setelah itu mbah To pamit keluar, dan m Cekrek masuk ruangan Kapolres,” kata Hans.
“Maaf pak Kapolres hari ini saya minta untuk ditemukan dengan Pipin. Saya ingin mengetahui dasarnya apa, kenapa Pipin menyerang saya,”.
Saat itu Kapolres memerintahkan Kasatreskrim untuk menelepon Pipin. Kemudian Kasatreskrim Selamet menginformasikan ke Kapolres, bahwa Pipin masih ada tamu dari Polda.
“Hari ini saya temukan dengan pipin mas, nunggu info dari saya ya mas Hans. Kemudian, pukul 17.13 saya ditelp Kasat Selamet, untuk datang ke ruang Kapolres. Karena Pipin sudah berada di Polres. Saat itu juga, saya bersama rombongan menuju Polres. Sesampainya di lobi ruang Kapolres, saya dan m Cekrek masuk di ruang Kapolres dan yang lain menunggu di lobi. Kemudian, di dalam ruang kapolres, ada AKBP Wawan, Kasatreskrim, Kasat Intel, Pipin bersama satu orang yg tidak saya kenal, saya dan m Cekrek untuk klarifikasi,” terang Hans.
Saat klarifikasi di ruang Kapolres Bkora, Hans mengatakan bahwa, Pipin mengatakan ini ada WA dari seseorang pejabat pusat yang mengatakan bahwa Hans dan Kari, profokator atas penangkapan atas satu unit truk modifikasi berwarna kuning yang bermuatan minyak solar. Dan Hans bersama Kari dituduh diundang ormas Grib Jaya Blora untuk menangkap truk tangki bermuatan solar tersebut.
“Orang kalau tidak tau, lebih baik tanya ke saya. Info dari mata-mata anda salah semua. Saya jelaskan ya, saat itu Hari Jumat (31/1/2025) saya bersama teman dari Sragen untuk menemani keluarganya yang berada di Desa Sumurboto, Jepon, ada yang berantem. Dan hari itu saya datang ke Polres di ruang unit 4 (PPA). Setelah selesai urusan saya, kemudian saya Sholat Jumat di Masjid Polres. Setelah itu saya keluar halaman Polres, dan ketemu sama (RI diduga pemilik solar), 3 anggota APH di warung kopi barat Polres, dan saya ditanya mereka, ada urusan apa mas pean….saya jawab ngurusi wong tukaran mas dan sudah selesai damai,” kata Hans.
“Kemudian saya ganti bertanya, sampeyan ada urusan apa mas (RI dan 3 orang anggota APH), mereka menjawab, urusan mobil yang berisi minyak solar ditangkap Grib Jaya mas. Setelah itu saya pulang,”.
“Kemudian dari keterangan saya tersebut, Pipin minta maaf, “Ya saya minta maaf, kalu salah. Dan orang yg memberi info ke saya salah, maka saya minta maaf,” pungkas Hans yang menirukan kata-kata Pipin.
Tim.Media